Dalam satu dekade terakhir, dunia hiburan digital telah mengalami perubahan besar. Dulu, torrent menjadi primadona untuk mengakses film, serial TV, dan game. Namun, sejak munculnya layanan streaming legal seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime, kebiasaan digital mulai berubah drastis. Pertanyaannya: di tahun 2025 ini, siapa yang masih bertahan sebagai pilihan utama? Apakah torrent masih relevan, atau streaming telah mengalahkan semuanya?
Turunnya Popularitas Torrent Secara Global
Menurut data dari Google Trends, pencarian terhadap kata “torrent” mencapai puncaknya pada tahun 2012 dan terus menurun hingga kini. Salah satu penyebab utama adalah meningkatnya ketersediaan layanan streaming legal yang menawarkan kemudahan, konten eksklusif, dan pengalaman tanpa repot. Selain itu, kampanye antipembajakan dan penegakan hukum atas hak cipta juga turut menekan pertumbuhan situs torrent.
Studi dari Sandvine tahun 2024 menunjukkan bahwa trafik upstream yang berasal dari BitTorrent hanya tersisa sekitar 4%. Ini kontras dengan era awal 2010-an, di mana BitTorrent menyumbang hingga 35% dari trafik internet. Meski begitu, bukan berarti torrent benar-benar mati.
Streaming Menguasai Jalur Utama
Streaming kini mendominasi konsumsi data internet secara global. Platform seperti Netflix, YouTube, Disney+, dan Spotify mengambil lebih dari 50% trafik internet downstream. Layanan ini menawarkan pengalaman pengguna yang mulus: satu klik, tanpa perlu unduh, tanpa khawatir virus atau kualitas video.
Namun, dominasi ini tidak datang tanpa konsekuensi. Banyak pengguna mulai mengeluh tentang tingginya biaya berlangganan—apalagi ketika ingin menikmati berbagai konten dari platform berbeda. Fragmentasi ini menyebabkan pengguna harus berlangganan lebih dari tiga layanan hanya untuk menonton acara favorit mereka.
Kembalinya Torrent karena Fragmentasi Streaming
Ironisnya, justru karena mahal dan tersebarnya konten, beberapa pengguna mulai kembali melirik torrent. Platform seperti YTS, 1337x, dan RARBG masih aktif melayani komunitas pengunduh. Tools modern bahkan memungkinkan streaming langsung dari file torrent dengan tampilan antarmuka layaknya Netflix.
Sejumlah pengguna di komunitas Reddit dan forum digital lainnya menyatakan bahwa mereka kembali menggunakan torrent bukan karena ingin “membajak”, tapi karena frustrasi menghadapi sistem langganan yang mahal dan ribet. Selain itu, konten yang hilang dari katalog streaming (karena lisensi habis) sering kali hanya bisa ditemukan via torrent.
Siapa Pengguna Torrent di 2025?
Pengguna torrent kini menjadi lebih spesifik dan tersegmentasi. Mereka bukan lagi hanya para penonton film gratis, tapi juga:
- Peneliti dan akademisi yang menggunakan torrent untuk berbagi dataset besar
- Penggemar Linux dan open-source yang mengunduh ISO distribusi
- Pencinta anime dan film indie yang kontennya tak tersedia di streaming legal
Torrent juga tetap menjadi pilihan untuk negara dengan koneksi internet terbatas atau akses ke platform streaming yang dibatasi wilayah (geo-restriction).
Legalitas, Risiko, dan Etika
Salah satu kekhawatiran utama dalam menggunakan torrent adalah risiko hukum dan keamanan. File yang diunduh dari situs torrent bisa mengandung malware, dan pengguna bisa menerima peringatan dari ISP atau bahkan tuntutan hukum jika kedapatan mengunduh konten berhak cipta.
Sebaliknya, streaming memberikan keamanan hukum lebih tinggi, meskipun terkadang disusupi iklan invasif atau pengumpulan data pengguna tanpa transparansi penuh. Masalah etika juga muncul: apakah pengguna yang mengakses konten lewat torrent berarti merugikan kreator?
Siapa Menang?
Jawaban singkatnya: streaming tetap menjadi raja, namun torrent belum benar-benar mati.
Streaming unggul dalam pengalaman pengguna dan legalitas. Namun, fragmentasi layanan, harga tinggi, dan konten yang terbatas secara geografis membuat torrent tetap relevan bagi kalangan tertentu. Kombinasi VPN, tracker privat, dan tools modern membuat torrenting tetap bertahan di sudut ekosistem digital.